“Kamu tahu, aku begitu mencintaimu Langit.” Biru menatapnya sendu
“Maafkan
aku biru, tapi aku tak bisa selamanya bersamamu.” Langit mengangkat tangan kanannya, mengusap kepala biru.
“Aku
akan menunggumu langit, menunggu waktumu untukku.”
Langit menatap biru, bibirnya
membentuk bulan sabit yang indah dan menentramkan. Biru menyandarkan kepalanya
pada bahu langit. Langit membiarkannya dan mengelus rambut wanita yang memiliki
mata indah dan cerah, mata itu selalu cerah. Mata yang membuat langit ingin
selalu kembali pada birunya, biru yang selalu di rinduinya.
Namun semenjak hari itu, Langit
telah membuat mendung pada mata indah itu. Bahkan, Langit membiarkan mata itu
memendam perih yang teramat dalam. Langit hanya merengkuh bahunya saat melihat air
mata yang jatuh dari mata mendung itu.
Aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu
Biru, tapi kamulah yang setia padaku. Menungguku saat aku harus bersama Malam.
Kamulah yang membuat hidupku cerah dan berwarna. Bahkan di saat mendung dan air
mata itu menyelimutimu, kamu menghapusnya dan menghadirkan warna yang indah
untukku. Aku sangat bahagia memilikimu langit. Sangat.
Biru menolehkan wajahnya pada Langit.
Dengan tatapan yang tidak bisa di mengerti Langit.
“Langit, sudah saatnya kamu pulang.
Senja dan malam pasti telah menunggumu.”
Langit tahu di dalam senyum Biru,
terdapat luka dalam yang pernah di torehkannya. Langit dan Biru berdiri dari
tempat duduk mereka. Langit mengusap rambut Biru “Jaga dirimu baik-baik sayang.”
“Sampaikan salamku pada senja dan
malam.” Biru menarik napas dalam
“yang pasti tidak akan ku sampaikan.”
Biru tersenyum kecut, dia berjalan
ke arah yang bersebrangan. Biru melambaikan tangannya pada langit, dengan
senyum bulan sabitnya Langit mengankat tangan kanan membalas lambaian biru.
Ah, Biruku. Bukan inginku, Jika
akhirnya aku menikah dengan Malam, hingga aku memiliki senja. Tapi hanya kamu
yang ada di dalam hatiku Biru, kamulah yang terindah. aku selalu mencintaimu.
Bandung, 8 Februari 2013 pukul 13:57
Langit yang cerah, Mimpi yang indah
Langit-langit di rumahku... sudah membiru termakan usia..
ReplyDeletehahaii, para atuh itu mah ;p
Delete