Srikandi dan Aku

Waktu itu, setelah UN SMA selesai. Isha dan beberapa teman berangkat ke Kota Garut, tepatnya daerah Pasir Kiamis, Samarang. Ada banyak hal yang bisa di lakukan sambil menunggu hasil ujian. Pergi ke daerah itu, benar-benar membuat isha belajar banyak hal. Seorang gadis manja yang tiba-tiba menjadi seorang gadis yang kuat. Betapa tidak, di desa itu setelah adzan subuh kami membimbing ibu-ibu mengaji di masjid, paginya kami mengajar anak TK/SD di situ, siang hari kami istirahat, sore hari mengajar agama anak-anak, dan setelah maghrib, diskusi bareng pemuda dan pemudi di desa tersebut, bahkan sekali-kali jadi seperti ustadzah yang ngasih materi di depan mimbar. Pada malam hari, di desa itu listrik spaneng, hmm apa ya bahasa indonesianya *remang-remang* seperti itu.

Kami tinggal di sana beberapa minggu dengan sukarela, masyarakat yang menerima dengan sepenuh hati dan banyak hal lainnya. 

Hingga akhirnya tiba hari dimana kami semua pulang, anak-anak menangis dan memeluk kami, bahkan mereka memberi kenang-kenangan seperti makanan, pulpen, gantungan kunci, dan lain-lain. Hal kecil yang membuat mataku sembab, kami menyalami masyarakat satu persatu. 

Aku kembali mengunjungi mereka dalam satu hari, meski pertemuan yang dulu terbilang sebentar, tapi mereka tetap mengingat kami. Aku memang masih jauh bila di bandingkan dengan srikandi, tapi itu membuatku benar-benar bahagia..